“Rangkailah puisi tentang masa!” pintamu
Agar aku menjelma mahabintang
Tapi apa yang kubisa?
Sedang masa hanya sekali berlari
Masa lalu?
Sedang aku lupa akan cerita
Tentang rahasia yang kita peram
Tentang sulut mentari pada awan
Tentang sulbimu yang bersetangkup selendang
Tentang madahku pada pelepah dan ranting
Masa kini?
Sedang aku enggan bertitah
Tentang rahasia yang lantang berkoar
Tentang awan yang beralih hujan
Tentang selendang yang kian rimpuh
Tentang ranting yang kau bakar jadi arang
Masa depan?
Sedang aku mustahil berdusta
Tentang rahasia yang hanya diketahui sejuta orang
Tentang hujan yang membakar lapak kita
Tentang selendang yang kau jadikan atap rumah
Tentang arang ranting yang ditumbuhi daun
Kucari kau dalam ruahku
Lantas kutanya
“Kapankah seorang pujangga
Tak perlu menulis puisi?”
Labessi, 20 April 2011
Agar aku menjelma mahabintang
Tapi apa yang kubisa?
Sedang masa hanya sekali berlari
Masa lalu?
Sedang aku lupa akan cerita
Tentang rahasia yang kita peram
Tentang sulut mentari pada awan
Tentang sulbimu yang bersetangkup selendang
Tentang madahku pada pelepah dan ranting
Masa kini?
Sedang aku enggan bertitah
Tentang rahasia yang lantang berkoar
Tentang awan yang beralih hujan
Tentang selendang yang kian rimpuh
Tentang ranting yang kau bakar jadi arang
Masa depan?
Sedang aku mustahil berdusta
Tentang rahasia yang hanya diketahui sejuta orang
Tentang hujan yang membakar lapak kita
Tentang selendang yang kau jadikan atap rumah
Tentang arang ranting yang ditumbuhi daun
Kucari kau dalam ruahku
Lantas kutanya
“Kapankah seorang pujangga
Tak perlu menulis puisi?”
Labessi, 20 April 2011